Nikmat Berzakat
Antara Zakat dan Kedamaian Hati
Beranda / Feature /
Penulis: Abdul Kadir Wartawan Radar Oke.com
Pekanbaru, www.radaroke.com - Hatiku damai laksana embun pagi menyapa mentari.
Rasa itu hadir sesaat setelah kutunaikan zakat.
Meski tak seberapa, tapi tentramnya jiwaku tak mampu kuukir dalam bejana.
Apalagi sebatas tinta menata warna.
Tak kupungkiri, zakat membawa nikmat tiada terkira.
Jiwaku sebelumnya hampa.
Kini, tak ubahnya bejana berisi madu menggugah selera.
Nikmat Allah secara tunai kutuai.
Berselang detik usai mengucap niat.
Hatiku berdesir seakan plesir ke Mesir.
Ya, Mesir negeri impian.
Zakat menyucikan jiwa bukan sebatas ucapan semata.
Hikmah ini secara langsung kuterima.
Awalnya aku tak percaya.
Hanya kuanggap slogan bagi oknum mengatasnamakan agama.
Padahal tak ubahnya penjual agama.
Tunaikanlah zakat, karena sesungguhnya di dalam hartamu ada harta orang lain.
Dulu, kalimat ini sangat kutentang.
Bahkan, kuat dugaanku ini hanya modus pencari fulus.
Berkedok doktrin didalam hartamu ada hak harta orang lain.
"Bulshit," umpatku setiap kali mendengar pendakwah menyampaikannya.
Bukan tanpa alasan.
Sejak dahulu pun slogan ini selalu kudengar bahkan mendengung.
Saking seringnya terdengar seakan suara sumbang di tengah padang.
Hampa tak bermakna.
Senja tanpa mentari.
hanya olok-olok sang pendusta.
Tapi, usai kutunaikan zakat.
Rupanya, Sang Pencipta Alam Semesta tengah merindu pada hambanya.
Melalui untaian kalimat kutunaikan zakat sebagai pembersih hartaku.
Melalui kalimat itu pula Allah hadir membawa kedamaian dalam sanubari.
Damainya tak terperi.
Indahnya seakan berseri.
Mencipta rasa dalam cinta.
Menggugah asa dalam jiwa.
Sungguh luar biasa.
Jika Tuhan sang maha pencipta telah berencana.
Kun fayakun-Nya tak kusangka.
Kukira hanya sebatas isapan jempol belakka.
"Tunaikan zakat maka kedamaian hatimu kan kau raih," petuah sang murobbi saat menerima zakat tak mampu berpaling dari memori.
Sesungguhnya zakat merupakan perkara penting dalam agama.
Zakat merupakan bagian dari rukun Islam.
Jika zakat ditunaikan maka keislamannya akan menjadi sempurna.
Hal ini tidak diragukan lagi merupakan suatu hikmah yang sangat penting agar selalu berusaha agar keislamannya menjadi sempurna.
Hal ini diperkuat dengan dalil yang disebutkan dalam hadis nabi.
“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45).
Hadis ini secara jelas mengingatkan bahwa, apabila seseorang mencintai maka wujud cinta tersebut dapat diungkapkan melalui cara meringankan kesusahanmu.
Begitu juga seharusnya jika suka untuk meringankan kesusahan maka Tuhan sang pemilik semesta akan turut memudahkan segala urusan.
Maka pemberian seperti ini merupakan tanda kesempurnaan iman Anda.
Jika mengacu pada QS. Al Qoshosh: 77 disebutkan bahwa berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.
Hadis yang diriwayatkan Ahmad 4/147. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits tersebut shahih)
“Setiap orang akan berada di naungan amalan sedekahnya hingga ia mendapatkan keputusan di tengah-tengah manusia.”
Jadi tidak perlu dikhawatirkan bahwa dengan mengeluarkan zakat akan membuat seseorang menjadi miskin.
Karena sejatinya, melalui zakat justru akan semakin menambah harta.
Terkadang Allah membuka pintu rizki dari harta yang dizakati. Sebagaimana terdapat dalam hadits yang artinya,
”Sedekah tidaklah mengurangi harta” (HR. Muslim no. 2558).
Ada sebagian orang yang menganggap remeh zakat.
Ada yang sudah terlampau kaya masih enggan menunaikannya karena rasa bakhil dan takut hartanya akan berkurang.
Padahal di balik zakat terdapat faedah dan hikmah yang begitu besar, yang dapat dirasakan oleh individu maupun masyarakat.
Jadi sudah selayaknya dipahami bahwa, Sedekah itu dapat memamkan murka Allah dan mencegah dari keadaan mati yang jelek”.
(HR. Tirmidzi no. 664. Abu Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib dari sisi ini)
Perlu dipahami bahwa ketika seseorang menunaikan zakat, secara tidak langsung ia akan terhindar dari sifat kikir (pelit).
Bahkan cinta berlebih terhadap harta, karena Islam mengajarkan pengikutnya agar menjadi dermawan dengan mengeluarkan sebagian harta untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan.
Mengacu pada firman Allah SWT yang artinya, Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka.
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At Taubah: 103).
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud RA dijelaskan bahwa zakat dapat menjadi benteng yang akan menjaga harta dari orang-orang yang hendak berbuat jahat.
Benar-benar menyentuh qalbu.
Menyeruak bak debu.
Menyatu dalam paduan syahdu.
Kalau ada yang berkata untuk apa menunaikan zakat?
Itu hanya akal-akalan sang pendusta.
Jangan marah, barangkali Tuhan belum menghendaki hartanya masuk ke tempat suci.
Mungkin perlu disucikan melalui cara lain.
Entah perlu dicuci dengan hadirnya air yang melimpah dalam bentuk banjir sebagai musibah.
Atau dalam bentuk pembersihan sebersih-bersihnya melalui bencana kebakaran.
Kuasa Allah itu nyata.
Apalah kata hanya sebatas membolak-balikkan segumpal darah dalam jiwa manusia.
Terlalu kecil bagi sang pemilik semesta.
Jadi, biarkan saja bagi yang meyakini.
Jangan kau gaduh apalagi kau jadikan musuh.
Tuhan tak suka pada hati yang bergemuruh.
Apalagi menyeruak dengki dan hasut menyuluh.
Apakah ada manusia paling hebat dari seluruh penjuru?
Nabi Sulaiman saja manusia paling kaya yang pernah ada, tetap patuh dan menyembah pada Allah.
Apatah lagi hanya seonggok manusia yang baru memiliki secuil harta.
Sudah menganggap diri sebagai dewa.
Dengan segala dalih dan kuasa.
Apabila dalam suatu wilayah masyarakatnya memiliki kecukupan harta, maka mereka mempunyai tanggungjawab atas orang-orang yang kurang mampu di sekitarnya.
Dengan zakat, masyarakat dapat terhindar dari kefakiran dan ketidakmampuan, sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda.
“Sesungguhnya Allah memfardhukan kepada orang-orang Muslim yang kaya terhadap harta mereka sesuai dengan kadar yang bisa mencukupi orang-orang Muslim yang fakir.
Orang-orang fakir tidak akan menderita ketika mereka lapar atau telanjang, kecuali karena perbuatan orang-orang kaya.
Ketahuilah, sesungguhnya Allah akan menghisab mereka dengan keras dan menyiksa mereka dengan siksa yang pedih.” (HR. Thabrani).
Masih terngiang dalam benakku.
Dan itu tak mampu kuhapus meski semua harta kujadikan jaminan apalagi ganti rugi.
Tentu tak sepadan yang ada malah merugi.
Namanya juga ganti rugi.
Sudah mengganti, rugi pula.
Doaku Ya Allah jadikanllah aku hamba yang paling banyak mengeluarkan zakat.
Secara harfiah sederhana.
Tapi secara maknawi itu luar biasa.
Bentuknya saja sebagai orang yang paling banyak mengeluarkan zakat.
Sejatinya adalah orang yang paling banyak memiliki harta benda.
Apa yang mau dizakati kalau sehelai kain melekat di badan tak nyaman.
Apalagi mengeluarkan zakat atau malah jadi orang yang banyak mengeluarkan zakat.
Mustahil.
Maka, sudah benar jika, ingin jadi orang kaya maka jadilah orang yang paling banyak mengeluarkan zakat.
Secara perhitungan manusia, semakin banyak yang harus dikeluarkan tentu semakin banyak harta yang ada.
Itu tentu dengan catatan, manusianya beriman kepada Tuhan.
Karena jika ini tak sejalan maka percuma hanya akan jadi beban pertanggungjawaban di hadapan Tuhan.
Zakat, meski sederhana namun memiliki makna yang sangat luar biasa.
Terutama bagi mereka yang memahaminya.
Doa seorang hamba yang meminta agar dijadikan orang yang paling banyak mengelaurkan zakat, bukanlah sebatas untaian semata.
Hikmah dibaliknya, justru tersirat pesan moral berharga.
Andai kan jadi orang yang paling banyak mengeluarkan zakat.
Otomatis yang dimiliki tentu lebih banyak.
Secara, perhitungan kasar zakat harus dikeluarkan minimal 2,5 persen saja dari harta yang dimiliki.
Zakat yang dipahami sebagai pintu rahmat akan terbuka lebar bagi yang menunaikannya.
Mengeluarkan zakat tidak akan mengurangi harta yang dimiliki, namun harta yang telah dizakati akan menjadi penuh berkah.
Imam an-Nawawi dalam kitabnya Syarh an-Nawawi ala Muslim mengatakan, Di dalam hadis di atas ulama menyebutkan dua sisi.
Satu, hartanya akan diberkahi, dijauhkan dari bahaya-bahaya kemudian kekurangan hartanya ditutupi dengan berkah yang samar.
Hal ini terlihat nyata dan terbukti secara adat."
"Kedua, meskipun kelihatannya berkurang sebab dizakatkan, namun hartanya berada di dalam pahala yang akan menutupi kekurangan hartanya tersebut dan akan mendatangkan tambahan lipat ganda.”
Mengacu pada Seperti firman Allah Swt dalam surah Al-Maidah ayat 2 secara umum manfaat yang akan diperoleh diantaranya akan memberikan pertolongan bagi orang-orang fakir miskin khususnya bagi mereka yang sangat memerlukan bantuan.
Zakat merupakan perintah langsung dari Allah yang disampaikan melalui para Rasulnya. Selain itu zakat juga merupakan bagian dari rukun Islam yang harus ditunaikan oleh siapa saja (yang mampu) yang memeluk agama Islam.
Dengan mengeluarkan zakat maka dapat dikategorikan dalam golongan orang yang rendah hati, karena dengan sadar mengikuti apa yang Allah perintahkan.
Zakat yang dikeluarkan merupakan hak orang lain yang Allah titipkan melalui harta benda yang dimiliki.
Hikmah zakat yang bisa diambil adalah, jika harta benda bersih dari hak orang lain, Insyaallah harta benda yang ada menjadi lebih berkah dan Allah lipat gandakan.
Allah SWT berfitman dalam surah At-Taubah ayat 103 yang artinya,
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Maka tak heran, sebagian orang berkata bahwa uang tidak dibawa mati.
Tapi, kalau tak ada uang serasa mau mati.
Terdengar berlebihan memang.
Tapi pada kenyataannya itulah yang terjadi.
Apalagi hidup di tengah kondisi serba sulit saat ini.
Apa-apa butuh uang.
Maka, jika berkaca pada manfaat sebagai sesama makhluk sosial, maka manfaat utama yang diperoleh dari berzakat adalah membantu meringankan beban sesama.
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”19
Ada sebuah doa yang termasyhur dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang isinya:
Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot wa tarkal munkaroot wa hubbal masaakiin
(Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran serta aku memohon pada-Mu sifat mencintai orang miskin).
Dari doa ini saja menunjukkan keutamaan seorang muslim mencintai orang miskin.
Zakat pada dasarnya adalah berbagi.
Zakat tidak akan mengurangi harta orang yang menunaikannya. Sebab muzakki tak akan menjadi miskin karena telah membayar zakat.
Sebaliknya, zakat justru akan membuat harta menjadi lebih berkah karena telah disucikan. Hal itu tertuang dalam Alquran:
"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’ ayat 39)
Jika ingin mendapatkan banyak maka perbanyaklah berbagi.
Bagaimana mungkin kehidupan akan berkecukupan sementara dalam diri telah terpatri kebiasaan kikir.
Jangankan untuk orang lain kepada diri sendiri saja sudah kikir.
Ingat, zakat itu untuk diri sendiri bukan untuk orang lain.
Kita simak firman Allah SWT yang artinya "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
Dari sini saja dapat terlihat bahwa, jika ingin mendapatkan yang lebih haruslah bersyukur dalam artian pandai menggunakan nikmat yang diberikan Tuhan.
Jadi selain bermanfaat untuk orang lain, dengan mengeluarkan zakat sifat bakhil alias kikir ini dapat dikikis dari hati.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, pikun, bakhil, dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur dan fitnah hidup dan mati.” (HR. Muslim).
Pada awal tahun 2000 di Kampung berjuluk negeri seribu parit yang ada di Provinsi Riau ada kisah menarik yang patut diketengahkan dalam kisah nikmat berzakat.
Ada seorang janda yang sudah lanjut usia namun memiliki penglihatan yang sangat sempurna melebihi penglihatan remaja.
Padahal usia sang nenek mendekati 105 tahun.
Di usianya yang sudah renta dengan bonus yang sangat banyak itu tersimpan cerita menarik.
Nenek Asirah dulunya adalah seorang istri dari pelaut.
Suaminya terkadang pulang setelah berlayar melebihi enam bulan lamanya.
Kemudian setelah berganti purnama, sang suami kembali ke rumah.
Sekembalinya ke rumah ternyata pasangan suami istri ini memiliki hobi yang terbilang unik dan berbeda dari kebanyakan.
Sang suami selalu menuruti permintaan istrinya untuk membawakan gula pasir.
Katanya untuk disebarkan di pekarangan rumah.
Terdengar aneh memang.
Tapi disinilah menariknya cerita ni.
Nenek Asirah bersama suaminya itu setiap pagi dan sore hari akan berkeliling rumah mencari gerombolan semut.
Kemudian setelah menemukan kerumunan semut yang diuakini menjadi sarangnya ini, lalu sang nenek menaburkan gula pasir.
Secara acak tana ada aturan.
Dimana terlihat ada semut berkumpul lalu ditebarkanlah gula pasir ini.
Begitu terus yang dilakukan sepasang suami istri ini.
Namun, kabar terakhir sang suami dari Nenek Asirah ini dipanggil menghadap sang pencipta.
Pergi meninggalkan sang istri, meski sebelumnya telah mengikat janji untuk sehidup semati.
Romantis.
Tapi Tuhan berkehendak lain.
Suaminya meninggal di usia mendekati 80 tahun.
Kembali ke cerita nenek Asirah yang sudah berusia 105 tahun tersebut.
Ternyata sepeninggal suami, kebiasaan menaburkan gula ini tak berhenti.
Terus saja dia lakukan.
Berulang kali sang anak dari nenek Aisrah ini ditegur.
"Untuk apa juga buang-buang gula. sekarang gula mahal malah dibuang-buang," demikian kata sang anak.
Tanpa mengacuhkan omongan sang anak, nenek Aisrah ini tetap saja melakukan rutinitasnya membagikan gula pada segerombolan semut.
Entah itu semut merah atau semut hitam.
Yang jelas setiap ditemui ada gerombolan semut pasti langsung ditaburkan gula di sekitarnya.
Singkat cerita, Aku mendekati sang nenek.
Penasaran sekian lama kini tak lagi terbendung
Kubernikan diri bertanya.
"Kenapa semutnya dikasi gula nek," tanyaku penuh heran.
Sang nenek tak menggubris.
Entah tak dengan karena faktor usia.
Atau sengaja enggan menanggapi.
Karena sejak kepergian suaminya, kebiasaannya memberikan gula pada semut-semut itu kini perlahan dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Jadi wajar ketika aku mendekati dan bertanya tak langsung ditanggapi.
Hanya tatapan penuh tanya yang diberikan saat nenek menoleh sekilas ke arahku.
Berlalu waktu menjelang magrib sang nenek tak jua menanggapi pertanyaanku.
Lalu aku beranjak menjauh darinya.
Dari balik pintu aku tetap memperhatikan.
Sayup-sayup terdengar sang nenek seolah-olah berbicara pada semut-semut yang seakan mengerti ucapannya.
Aku pun semakin penasaran tapi tak ingin kehadiranku justru menganggu.
Sang nenek berbicara menggunakan bahasa daerah bugis bone yang artinya lebih kurang mengatakan kita sesama makhluk tuhan harus saling memabntu.
Tanpa menyadari kehadiranku di balik daun pintu ysang itu, sang nenek terus berbicara pada gerombolan semut merah.
Yap, kali ini aku melihat sang nenek memberikan sesendok gula pasir ke kumpulan semut merah yang berbaris menuju sarangnya.
Kalau mau hidup kekal yah saling berbagi meski pada makhluk selain manusia.
Tapi yang membuatku tertegun.
Sang nenek di sela-sela bicaranya berkata pada semut.
"Ini adalah sedekahku. Semoga ini amalan untukku dalam membersihkan hartaku dan almarhum suamiku. Meski sekarang tak sebanding sewaktu suamiku masih ada. Tapi ini tetap jadi bagian dari amalanku. Terimalah," katanya dalam bahasa bugis.
Mendengar itu aku langsung terkesiap.
Makna yang sangat dalam yang baru kupahami.
Ternyata sejak dulu kebiasaan memberi semut itu gula adalah bagian dari cara mengelurkan zakat.
Wajar saja dulu ibuku pernah bercerita bahwa ayahnya ketika pulang dari melaut selalu membawa gula pasir dalam jumlah banyak.
Sebagian dijual dan yang membuat ibuku heran.
Selalu disisakan sebagian untuk diberikan pada nenek.
Katanya untuk disedekahkan langsung.
Aku baru paham.
Ternyata setelah menunaikan zakat dari harta yang diperoleh.
Ternyata kakek nenekku punya kebiasaan berbagi pada semut-semut.
"Memberi tak mesti pada manusia saja tapi tanpa kita sadari makhluk hidup juga memerlukan dan butuh harta dari yang kita miliki. Jadi jangan pelit berbagi," pesan nenekku.
Hikmah terbesar yang di akhir hayat nenek terungkap.
Bahwa dengan berbagi pada sekumpulan semut itu adalah bagian dari caranya bersedekah.
Dan bersedekah diyakini secara utuh oleh nenek bisa memperpanjang umur di dunia.
Wajar saja nenekku panjang umur.
Selain sebagai ketetapan Allah tentunya juga ada ikhtiar dibaliknya yakni senang bersedekah.
Semoga bermanfaat.
Selamat memperingati HUT 23 Baznas.
Semoga Baznas semakin berjaya menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. ROC
Komentar Via Facebook :